Ribetnya Nikah Beda Negara (Part I)

Entah kenapa gue lagi pengen banget nulis saat ini, katanya sih kalo lagi ada mood untuk nulis harus diturutin. Ada yang bilang ide itu bisa expired kalo ga langsung direalisasi. Sebenernya dari post-an terakhir harusnya gue lanjutin tentang trip dadakan gue ke Beijing, tapi gue lagi ga nafsu untuk nulis yang ringan-ringan *cah ile*. Gue pengen nulis tentang pengalaman gue ketika daftar pernikahan beda negara. (((Daftar))) *macem anak sekolah aja ye :P*

Gue akan cerita dari awal banget, ya ngga dari awal gue ketemu suami gue juga sih =..=
Jadi sebelum gue daftar pernikahan, gue dan suami sempat buat riset dulu *ini sebetulnya mau nikah, apa mau bikin percobaan sih. Pake acara riset dulu -____-*
Cara mana yang akan lebih mudah, daftar nikah di Indonesia dulu lalu buat laporan pernikahan di Tiongkok atau sebaliknya. Setelah pemikiran panjang, gue dan suami setuju untuk nikah di Indonesia dulu lalu buat laporan di Tiongkok. Hal pertama yang kita lakuin sebelum berangkat ke Indonesia adalah cari informasi sebanyak-banyaknya tentang syarat dan dokumen apa aja yang harus dilampirkan nantinya.
Pertama gue hubungi KUA sesuai tempat tinggal gue (karena gue dan suami adalah Muslim). Dan ada beberapa dokumen yang harus gue lampirkan, seperti:
- KTP, Akta Lahir dan Kartu Keluarga (Dari pihak gue sebagai WNI)
- Lalu Surat Keterangan Untuk Menikah Model N1-N4 (Untuk gue yang baru kali ini menikah)
- Surat Keterangan dari Kedutaan (Ini buat suami yang notabene WNA)
- Pas photo kedua calon pengantin, yang gue lupa ukurannya berapa aja :P
- Surat  Keterangan Lapor Diri dari kepolisian setempat
- Copy paspor suami dan KITAS kalau sudah punya
- Surat Keterangan Mualaf/ Muslim untuk WNA
- Ijazah, iya sodara-sodara IJAZAH. Gue pun gagal faham kenapa gue harus lampirkan ijazah, apakah orang yang ga punya ijazah ga boleh nikah? hiksss. Jangan panik guys yang ijazahnya sudah hilang, sepertinya ini hanya pelengkap saja :P

Dari beberapa syarat di atas ada satu hal yang sepertinya agak sulit untuk dibuat, yaitu Surat Keterangan dari Kedutaan. Gue waktu itu masih ga tau, surat apakah yang dimaksud. Apakah surat keterangan belum menikah, atau surat keterangan ingin menikah atau surat keterangan tidak akan ada mantan yang tersakiti karena pernikahan ini *halah jayus mode on*
Tanpa banyak basa basi, gue langsung hubungi Kedubes Tiongkok yang bertempat di Mega Kuningan, Jaksel. Pas gue ngucapin "Halo selamat siang", suara penerima di sana tanpa ba bi bu langsung nyapa dengan bahasa Mandarin yang sekiranya * Halo, ni hao* Gue speechless, gue fikir dese ga bisa bahasa Indonesia akhirnya gue coba untuk ngomong pake bahasa Inggris dan dese jawabin pake bahasa Indonesia *cape deh eneng, bang ~*
Dan setelah tanya ini dan itu, akhirnya gue dapat informasi bahwa surat yang dimaksud adalah surat keterangan yang menjelaskan bahwa si WNA ini akan melangsungkan pernikahan di Indonesia. Dan buruknya ada beberapa dokumen yang harus dilampirkan untuk mendapatkan selembar surat ini, antara lain sebagain berikut:
- ID Card dan copy paspor suami
- Surat Keterangan Belum Menikah dari Tiongkok
- Register Book (ini semacam Kartu Keluarga kalau di Indonesia)
Seingat gue emang cuma 3 syarat itu aja, setelah itu suami langsung siapin dokumen yang diminta.
Setelah semua dokumen siap, gue dan suami langsung terbang ke Tiongkok. Oh ya, kebetulan gue dan suami ga tinggal di Tiongkok maupun Indonesia. Kita kerja disalah satu perusahaan asing yang terlalu rumit untuk dijelaskan lebih lanjut :P *padahal males, ga mau jelasin*
Sampai Tiongkok kita langsung buat foto pre-wedding, lalu nikah dengan acara adat setempat. Singkat cerita, setelah itu gue langsung terbang lagi ke Indonesia. Dan besoknya gue langsung berangkat ke Kedubes Tiongkok untuk dapetin maha surat yang satu ini. Kunci dari segala urusan ini ~

Dan sampai sana ternyata, jeng jeng jeng ~ Kedubes Tiongkok libur :| Mereke tutup setutup-tutupnya *ini apasih* karena di Tiongkok adalah hari libur nasional Summer Festival atau apalah gitu gue lupa. Jadi kalau di Kedubes gitu, ketika ada public holiday di negara asal mereka, meraka pun akan libur dan begitu juga kalau ada public holiday di negara setempat. Cihuy banget kan, gue langsung kepikiran jadi duta besar Indonesia di Zimbabwe ~
Gue dan suami langsung desperate waktu itu, gimana ngga coba. Jatah cuti gue dan suami cuma 20 hari dan gue udah habisin 12 hari di Tiongkok. 1 hari perjalanan Tingkok - Indonesia dan sisa 7 hari. Ditambah ini Kedubes pake libur pula, amsyong ~
Tapi kita ga patah arang, 2 hari berselang gue datang lagi ke Kedubes untuk buat surat yang dimaksud. Dan ternyata, jeng jeng jeng (lagi) ada satu surat yang salah! Bang bang bang *akhirnya gue jedotin kepala gue ke kaca loket informasi*
Sebetulnya ini salah gue sih, hahahaha. Jadi waktu  pertama kali gue hubungi Kedubes dan tanya syarat dan dokumen yang diperlukan, si penerima telepone sudah wanti wanti kalau surat keterngan belum menikah suami gue itu harus dari notaris. Dan gue yang orangnya kelewat santai, cuma bilang ke suami kalau harus buat surat keterangan belum nikah aja. Dan suami gue buat surat tersebut di pemerintahan setempat. Kalau di Indonesia semacam kecamatan kali yaa ~ *Sampai saat ini suami gue ga tau kalau ini adalah kesalahan gue kasih informasi, kalau dese tau bisa hancur dunia persilatan* HAHAHAHAHA
Dan gue yang orangnya gampang mup on, santai aja setelah tragedi penolakan siang itu. Malamnya gue dan suami jalan jalan dan main ice skating tanpa merasa ada beban. Dan intinya pernikahan yang tadinya udah gue jadwalin untuk nikah di KUA dulu dan resepsi di tahun berikutnya GAGAL TOTAL sodara-sodara. Akhirnya gue nikah di Indonesia di tahun barikutnya. Setelah kejadian itu ternyata gue ga pernah belajar, masih ada lagi ke-santai-an gue yang berakibat fatal. Gue akan lanjutin di-post gue berikutnya. Ternyata capek juga nulis sepanjang ini, ci yaau ~

Comments

Popular Posts