Goes to Bali (Part 1)

Tulisan pertama di tahun 2017 *yeaaayyyy*
*Tiup terompet* 🎉

Gue sebenarnya masih berhutang untuk melanjutkan sinopsis Prison Break yang baru gue tulis sampai Part 3. Masih panjang banget untuk menyelesaikan Season 1 dan sedikit banyak sudah lupa beberapa bagian dari Season 1 ini. Jadi gue masih mengumpulkan tenaga dan keinginan untuk  lanjutin sinopsisnya lagi ~

Gue baru aja balik dari liburan akhir tahun (akhir tahun Cina ya, karena suami gue ngitungnya ngikutin kalender Cina). Kita sudah merencanakan liburan ini dari bulan Juli. Awalnya suami cuma ingin pergi ke pantai sekitar aja. Tapi gue bilang untuk apa, kita kan sudah pernah kesana dan ga ada yang menarik juga. Mungkin kalau mau ke tempat baru, mending kita nyebrang ke Thailand aja lah sekalian. Toh bisa naik bis kan kesana juga, ya walaupun perlu waktu belasan jam sih 😋

Tapi karena banyak pertimbangan, seperti suami, anak dan orang tua suami yang perlu bikin visa untuk ke Thailand, akhirnya batal ke sana. Kita cari tujuan negara tanpa visa aja untuk mereka. Karena yang akan pergi ada 5 orang termasuk gue. Dan 4 diantaranya pegang paspor Cina. Paspor Cina ini rada ribet, karena kemana-mana harus pakai visa. Akhirnya gue usulkan untuk ke Indonesia saja lah. Karena mereka ga butuh visa untuk ke Indonesia. Gue minta untuk ke Lombok, tapi waktu cek tiket kalau ga salah ga ada penerbangan langsung ke Lombok dari Kuala Lumpur. Akhirnya diputuskan ke Bali saja, yang familiar dan juga ada penerbangan langsung.

Gue sempat ragu ketika memutuskan ke Bali, karena ketika liburan gue lebih suka tempat yang sepi dan tidak begitu banyak pengunjung. Ya tapi gimana lah, gue kalah suara ~
Akhirnya diputuskan kita ke Bali, gue ajak orang tua dan adik gue juga. Mereka nyusul dari Jakarta. Kita habiskan waktu sekitar 6 hari di sana, dipotong waktu perjalanan 1 hari.

Hari Pertama (10 Januari 2017)
Penerbangan gue pagi-pagi sekitar pukul 08.30 waktu setempat menuju Kuala Lumpur. Dan penerbangan lanjutan ke Bali pukul 4 sore. Lumayan juga harus nunggu di airport sekitar 5 jam untuk penerbangan berikutnya. Ditambah gue punya bayi yang entah kenapa battery-nya ga habis-habis. Kita-kita malah yang kewalahan jagain anak 1 ini. Dia lari sana-sini, lompat, ngomong dan nyanyi ga berhenti-berhenti. Tapi untungnya pas di pesawat dia tidur. Hehehehe

Sampai di Bali pukul 19.30 malam waktu setempat. Setelah urus imigrasi dan lain-lain, gue langsung cari mobil sewaan. Karena rakyatnya ada 7 dewasa, dari pada naik taksi kemana-mana bayar double jadi gue pikir lebih murah sewa mobil aja. Sewa mobil seharga 350,000 perhari self-drive.
Setelah dapat mobil, gue jemput orang tua di terminal domestik. Mereka sudah nunggu dari jam 5 sore, habis itu kita langsung menuju villa yang sudah gue sewa jauh-jauh hari. Perjalanan dari airport ke villa kira-kira sekitar 30 menitan. Villa yang gue sewa tempatnya di Balangan, berjarak perjalanan kurang dari 5 menit menuju Garuda Wisnu Kencana.

Letak villanya di dalam perkampungan, kalau aja gue ga survey dulu (via Google) pastinya akan sulit sekali nyari lokasinya. Tapi villanya recommended lah, bersih, tidak besar tapi lega dan juga terawat apik. Staf villa pun ramah sekali dan membantu dalam banyak hal.
Penampakan depan villanya ~
Hari Kedua (11 Januari 2017)
Jadwal hari ini sebetulnya ke water sport, tapi karena ada teman suami yang datang dari Cina dan minta ikut ke water sport juga, jadi jadwal dimundurin tanggal 12 karena dianya baru datang tanggal 11 sore hari. Akhirnya hari ini kita ke GWK atau Garuda Wisnu Kencana. Gue suka main ke tempat ini karena tempatnya asri. Ya walaupun agak capek naik turun bukit karena memang daerah Uluwatu yang lokasinya di atas perbukitan. Dari Wisnu Plaza, kita bisa lihat garis pantai (atau apalah itu namanya) secara jelas. Oh ya, kalau mau naik ke Wisnu Plaza pengunjung diharuskan pakai pakaian yang sopan. Kalau kita pakai celana pendek selutut, mereka akan minjamin kain untuk dipakai menutupi bagian lutut ke bawah.

Gue naik ke Wisnu Plaza dari Plaza Kura-kura, lalu turun menuju Plaza Garuda dan sampai ke Lotus Pond. Di GWK juga ada atraksi tarian Bali di Amphitheater setiap jamnya, dan berhenti beberapa menit saja. Gue ga sempat masuk ke dalam, karena anak gue tidur waktu itu dan gue ga tega bawa masuk ke dalam karena berisik banget. Tapi suami gue dan yang lainnya tetap masuk ke dalam dan gue nunggu diluar sambil ngadem.
Lotus Pond. Di tempat ini ada penyewaan segway, gue sudah niat banget ingin main. Tapi pas kesana, anak gue tidur. Jadi ga tega lama-lama mandek di satu tempat.
Setelah puas pusing-pusing sekitar, kita makan di Bebek Bengil GWK lalu pulang ke villa. Karena walaupun cuaca mendung, tapi udara panas banget. Sore hari di villa, gue nyoba untuk nerbangin drone karena pas ke GWK tadi gue lupa bawa. Naiklah gue ke rooftop villa, nyoba sinkronin remote dan drone susah banget. Eh sekalinya bisa dan sudah terbang, signal hilang terus. Ternyata sekitar kita banyak banget tower entah tower provider atau tower lainnya. Jadi signal antara drone dan remote terhalang. Yang biasanya drone bisa terbang sampai 120 meter ke atas, kemarin maksimal 40 meter sudah lost contact dengan remote. 😞

Hari Kedua (12 Januari 2017)
Jadwal hari ini ke water sport, terdekat dari villa adalah Tanjung Benoa. Jadi pagi-pagi sekitar jam 9 kita sudah siap untuk kesana. Masuk daerah Tanjung Benoa dikenakan biaya per mobil, gue lupa berapa tepatnya tapi ga mahal kok. Sepenglihatan gue, sepanjang garis pantai Tanjung Benoa semuanya itu penyedia water sport. Jadi malah susah banget kalau mau duduk-duduk di pinggir pantai untuk sekedar main pasir. Karena lalu lalang speed boat, perahu, kayanya ga berhenti-berhenti.

Di sini gue ambil paket banyak karena rakyatnya pun banyak yang gue bawa. Ada 10 dewasa termasuk 1 orang temannya suami dan orangtuanya. Tapi gue dan suami sendiri cuma ambil parasailing dan diving. Tapi waktu itu karena katanya cuaca sedang tidak mendukung, jadi parasailing dibatalin. Dan gue upgrade ke flying fish. Rasanya main flying fish biasa aja sih 😂
Orangtua gue dan suami juga adik gue ikutan sea walking, banana boat, dan lupa apalagi.

Awal-awalnya gue sempat takut ketika akan naik ke flying fish-nya ternyata ga ada pengaman samsek. Cuma ada tali-tali untuk pegangan. Ini abang seriusan cuma perlu pegangan aja? Kalau gue nyeplos gimana? Mana ga mahir berenang, duh!
Ternyata terbangnya juga ga tinggi-tinggi banget cuma sekitar 2-3 meter dari permukaan laut. Dan itu juga ga kencang angin dan goncangannya. Tapi lumayan basah juga ~

Setelah flying fish, gue dan suami ikutan diving. Ini pertama kalinya untuk gue berenang agak dalam, karena gue sebelumnya ga pernah berenang yang dalamnya melebihi batas leher gue 😂
Snorkling pun maunya yang cetek-cetek aja, gue orangnya takutan. Pernah pengalaman tenggelam soalnya. Ketika ganti baju diving, gue masih yang santai-santai aja. Nah pas naik perahu ketengah laut gue mulai rada ngeri juga ngelihat ke bawah air, kok gelap ya. 😂

Setelah dikasih arahan yang tidak begitu panjang, gue dipasangin peralatan. Bandul pemberat, lalu kaki katak, kacamata diving ga tau nama resminya apa, dan juga tabung oksigen yang maha berat sumpah. Biasanya kalau orang diving kan cara turunnya menjatuhkan diri kebelakang ya supaya tabung oksigennya ga nyangkut. Karena gue takut, gue maunya nyemplung biasa aja. Alhasil tabung oksigen gue nyangkut di perahu sedangkan badan gue setengah sudah nyemplung ke laut  😂

Ketika sudah nyemplung secara keseluruhan di laut, gue panik karena gue ga bisa ngendaliin badan gue sendiri. Ombak kencang, jadi badan gue terlempar kesana kemari. Mas-mas instrukturnya bilang 'Jangan panik jangan panik'. Badan gue hampir aja masuk kolong perahu karena kebawa ombak. Dramatis abis ~
Setelah agak tenang, gue disuruh untuk lihat ke bawah air aja jangan angkat kepala. Jadi gue nurut untuk lihat ke bawah air. Gue ga tau sejak kapan, eh tau-tau badan gue udah masuk ke dalam dasar laut pelan-pelan. Tadinya gue kira di dasar laut ga akan ada ombak, ternyata sama aja kaya di permukaan tetap goyang. Suami gue udah sedari tadi turun ke dasar dan kasih makan ikan-ikan. Gue yang masih beradaptasi belum bisa lepas pegangan, jadi gue yang harusnya berenang-berenang sekitar malah cuma pegangan di pipa yang memang sengaja dibuat untuk pemula kaya gue.

Setelah agak stable, gue ambil roti yang gue bawa dari daratan tadi untuk gue kasih ke ikan-ikan. Gue buka plastik roti, ikan langsung nyerbu. Rasa takut sudah gue lupakan gitu aja.Ternyata di dalam laut itu selain seram juga indah. Ga kalah indah dengan apa yang ada di darat.
Ketika di bawah air, kuping kerasa sedikit sakit karena tekanan tinggi. Tapi ini ga begitu masalah buat gue, yang malah bikin ga nyaman karena mulut kering banget. Sampai benari-benar ga ada air liur di mulut dan terasa perih ketika tarik nafas lewat selang oksigen. Akhirnya gue minta untuk naik. Lalu turun lagi.

Selesai diving dan siap-siap untuk pulang ada masalah. Sebelumnya ketika kita sampai di water sport, entah kenapa tiba-tiba alarm mobil bunyi setelah tidak lama diparkir. Dan sialnya lagi remote -nya rusak jadi gue ga bisa matiin alarm mobil. Berisik banget sampai orang-orang pada nengok. Karena gue ga bisa matiin itu alarm, jadi didiemin aja lah. Alarmnya nyala mati nyala mati sendiri sampai itu alarm ga bunyi-bunyi lagi.

Nah ternyata *ini sotoy gue aja sih* karena alarm ga gue mati-matiin eh malah bikin mesin mobil ikutan mati. Jadi pas mobil mau dinyalain ga mau nyala. Blas ga ada hentakan sama sekali tapi beberapa lampu indikator nyala. Akhirnya gue telpon yang punya mobil, setelah telpon berkali-kali akhirnya utusan yang punya mobil datang untuk memperbaiki. Mereka bawa remote mobilnya untuk di-service atau ganti baterai (?). Setelah itu datang lagi dan mobil sudah bisa jalan deh. Kita langsung jalan ke Bingin Beach untuk pindah ke penginapan berikutnya.

To be continue...

Comments

Popular Posts